Minggu, 12 Mei 2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang sehat. Dari aspek persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari lingkungan permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya (Permen PU nomor: 21/PRT/M/2006).
Visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan Departemen Kimpraswil, yaitu “Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah” menggambarkan keinginan terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat.

 Secara umum, menurut Peraturan Menteri PU nomor: 21/PRT/M/2006. daerah yang mendapatkan pelayanan persampahan yang baik akan dapat ditunjukkan memiliki kondisi sebagai berikut:
a.       Seluruh masyarakat memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari aktifitas sehari-hari, baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran, maupun tempat-tempat umum lainnya.
b.      Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah yang dihasilkan dapat ditangani secara benar.
c.       Masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diare, tipus, disentri, dan lain-lain; serta gangguan lingkungan baik berupa pencemaran udara, air atau tanah.
d.      Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh manfaat bagi kesejahteraannya.
Persoalan lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan adalah masalah sampah sedangkan laju pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik luar biasa bagi penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah penduduk semakin membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya akan mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat.
Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Lebih jauh lagi, penanganan sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya masalah estetika, sosial maupun kesehatan.
Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang ke TPA salah satunya disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sunguh sejak dari sumber.
Kota Jember sebagaimana termasuk kedalam kota besar di wilayah Jawa Timur, jumlah penduduknya juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan meningkatnya jumlah atau volume sampah yang dihasilkan.
Di Kota Jember, ternyata rata-rata pertumbuhan jumlah sampah jauh melebihi pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini menjadi alasan kuat bahwa masalah sampah merupakan masalah utama yang harus dipecahkan baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang.
Secara umum kebijakan pengelolaan sampah di Kota Jember masih mengikuti paradigma lama, dimana sampah dikumpulkan, kemudian diangkut dan akhirnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) di kecamatan Pakusari. Pada sistem tersebut, semakin banyak sampah yang harus dikelola maka biaya yang harus dikeluarkan juga semakin besar.
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 16 mengamanatkan bahwa masyarakat bertanggungjawab sebagai produsen timbulan sampah. Diharapkan masyarakat sebagai sumber timbulan yang beresiko sebagai sumber pencemar, untuk ikut serta dalam sistem pengelolaan sampah.
Masalah sampah mutlak harus ditangani secara bersama-sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen bersama menuju perubahan sikap, perilaku dan etika yang berbudaya lingkungan. (Suryati, 2009)

1.1         Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.      Bagaimana pengelolaan sampah di perumahan Sumber Alam kabupaten Jember?
2.      Berapa volume dan berat sampah yang dihasilkan oleh perumahan Sumber Alam kabupaten Jember?
3.      Berapa perbandingan sampah organik dengan sampah anorganik?

1.2         Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam makalah ini adalah :
1.      Untuk mengidentifikasi Pengelolaan sampah pada perumahan khususnya perumahan Sumber Alam kabupaten Jember.
2.      Untuk mengetahui volume dan berat sampah yang dihasilkan baik tiap rumah maupun tiap individu pada perumahan Sumber Alam Jember.
3.      Untuk membandingkan sampah organik dengan sampah anorganik
4.      Untuk mengetahui komposisi atau jenis-jenis sampah di perumahan Sumber Alam Jember.

BAB  3. PEMBAHASAN

A.     Pengukuran Volume Sampah Harian
Volume sampah harian merupakan jumlah sampah dalam satuan volume (Liter atau m3) yang diukur secara harian baik pada sumber sampah domestik dan non-domestik hingga sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).  Volume sampah harian diukur dengan tujuan untuk mendapatkan informasi timbulan sampah dalam satuan volume yang dihubungkan dengan sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Jember, sehingga dengan informasi  tersebut  dapat diambil langkah rekomendasi atau action plan terhadap masalah yang timbul dari hasil pengukuran timbulan sampah tersebut dengan sistem pengelolaan persampahan yang ada saat ini.

B.     Metode Pengukuran Volume Sampah Periodik Harian
Pengukuran volume sampah periodik harian disusun menurut SNI 19 – 3964 – 1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.

C.     Lokasi
Lokasi pengambilan  timbulan sampah pada perumahan Sumber Alam Kabupaten Jember.

D.     Cara Pengambilan
Pengambilan contoh sampah dilakukan secara random dengan sumber masing-masing perumahan (sample).

E.     Jumlah Contoh
Pelaksanaan pengambilan contoh timbulan sampah dilakukan secara acak strata dengan jumlah sebagai berikut:

1)                  jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga (KK)
berdasarkan rumus dan 2 di bawah ini.
S = C d√Ps ...........................................................................................1)
dimana:
S = Jumlah contoh (jiwa)
Cd = Koefisien perumahan
Cd = Kota besar / metropolitan
Cd = Kota sedang / kecil / IKK
Ps = Populasi (jiwa)

K = S ..................................................................................................2)
      N

dimana:
K = Jumlah contoh (KK)
N = Jumlah jiwa per keluarga = 5

2)        jumlah contoh timbulan sampah dari perumahan adalah sebagai berikut:
(1) contoh dari perumahan permanen = (S ´ K) 1 keluarga
(2) contoh dari perumahan semi permanen = (S ´ K) 2 keluarga
(3) contoh dari perumahan non permanen = (S ´ K) 3 keluarga

dimana:
S1 = Proporsi jumlah KK perumahan permanen dalam (%)
S2 = Proporsi jumlah KK perumahan semi permanen dalam (%)
S3 = Proporsi jumlah KK perumahan non permanen dalam (%)
S   = Jumlah contoh jiwa
N  = Jumlah jiwa per keluarga
K  = S = jumlah KK
       N  
3)        jumlah contoh timbulan sampah dari non perumahan dapat  dihitung berdasarkan rumus di bawah ini.
 S = C d √T s...........................................................................................3)

dimana:
S = Jumlah contoh masing-masing jenis bangunan non perumahan
Cd = Koefisien bangunan non perumahan = 1
Ts = Jumlah bangunan non perumahan

Perhitungan jumlah perumahan yang digunakan sebagai sampling.
·                jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga (KK)
S = C d√Ps
 S = 0.5 321
   = 0.5 x 17,92
   = 8,96

·         K = S      
            N 
     K = 8,96
              5
         = 1,792
Jadi Rumah yang  harus di sampling minimal berjumlah 1,792 atau dibulatkan menjadi 2 rumah.

F.      Frekwensi
Pengambilan contoh dilakukan dalam 8 hari berturut-turut pada lokasi perumahan dengan, pengukuran sampah pada pukul 16.00 WIB. Pengukuran sampah dimulai pada tanggal 4 april 2013

G.    Pengukuran dan Perhitungan
Pengukuran dan perhitungan contoh timbulan sampah dengan ketentuan sebagai berikut:
1)   satuan yang digunakan dalam pengukuran timbulan sampah adalah:
-  volume basah (asal) : liter/unit/hari
-  berat basah (asal) : kilogram/unit/hari
2)   satuan yang digunakan dalam pengukuran komposisi sampah adalah dalam % berat   basah/asal
3)   jumlah jiwa dalam keluarga pada masing-masing lokasi pengambilan contoh timbulan sampah (u)
4)   metode pengukuran contoh timbulan sampah, yaitu: sampah terkumpul diukur volume dengan wadah pengukur 40 liter dan ditimbang beratnya, kemudian dipisahkan berdasarkan komponen komposisi sampah dan ditimbang beratnya.
H.    Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari:
1)   alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter
2)    alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm, yang dilengkapi dengan skala tinggi
3)   Timbangan (0 – 5) kg dan (0 – 100) kg
4)    perlengkapan berupa alat pemindah (seperti sekop) dan sarung tangan.
I.       Cara Pengerjaan
Cara Pengambilan dan Pengukuran Contoh dari Lokasi Perumahan adalah sebagai berikut:
1)   tentukan lokasi pengambilan contoh
2)   tentukan jumlah tenaga pelaksana
3)   siapkan peralatan
4)   Lakukan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah sebagai berikut:
a.    bagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah 1 hari sebelum dikumpulkan
b.    catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah
c.    kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah
d.   angkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran
e.    timbang kotak pengukur
f.     tuang secara bergiliran contoh tersebut ke kotak pengukur 40 l
g.    hentak 3 kali kotak contoh dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm. Lalu jatuhkan ke tanah
h.    ukur dan catat volume sampah (Vs)
i.      timbang dan catat berat sampah (Bs)
j.      timbang bak pengukur 500 l
k.    campur seluruh contoh dari setiap lokasi pengambilan dalam bak pengukur 500 l
l.      ukur dan catat berat sampah
m.  timbang dan catat berat sampah
n.    pilah contoh berdasarkan komponen komposisi sampah
o.    timbang dan catat berat sampah
p.    hitunglah komponen komposisi sampah

Tahapan pengerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a.          Menghitung berat sampah.
Dimana berat sampah didapat dengan cara menimbang seluruh sampah menggunakan timbangan berat badan, sedangkan volumenya diukur dengan kotak kayu berukuran 20 x 20 x 100 (cm3).
Rumus yang digunakan dalam mengukur volume sampah dalam kotak sampling adalah:
Volume sampah = luas kotak x tinggi sampah                                            
b.             Menghitung prosentase komposisi. Komposisi sampah dihitung dengan menggunakan rumus :
komposisi sampah organik  =  x 100 %
komposisi sampah organik  =  x 100 %
3.4 Hasil Pengukuran
Data yang disajikan pada Tabel 1 adalah hasil perhitungan berat dan volume yang didapatkan dari pengukuran di lokasi survei. Pengukuran timbulan sampah dilakukan selama 8 hari berturut - turut.
Pengambilan sampel dilakukan di Perumahan Sumber Alam dengan jumlah sampel 4 KK yang diperoleh dari perhitungan matematik. Dengan menghitung data melalui hasil survei volume sampah dan berat sampah sampah maka didapatkan hasil :
a. Volume sampah organik rata-rata perhari adalah 26.200 cm3/hari dan volume sampah anorganik rata-rata perhari 19.275 cm3/hari pada Perumahan Sumber Alam
b.  Berat sampah organik rata-rata perhari adalah 7,325 kg/hari dan berat sampah anorganik rata-rata perhari 2,09875 kg/hari pada Perumahan Bumi Mangli Permai.
c. Komposisi sampah menurut perhitungan hasil survei ini adalah
Organik       =  x 100 %
=  x 100 %
= 77,73 %

Anorganik   =  x 100 %
                        =  x 100 %
                        = 22,27 %

3.5 Analisis penelitian Timbulan Sampah

   Pada perumahan Sumber alam, Setiap rumah sudah memiliki bak sampah di depan rumah masing-masing, Tatanan tempat sampah sudah rapi dan tertutup, sehingga sampah terhindar dari rodent dan vector. Selain itu dengan tempat sampah tertutup, sampah juga tidak terlalu menimbulkan bau.Tetapi pada perumahan ini tempah sampahnya belum dibedakan antara jenis sampah organik dan anorganik. 

   Sampah yang terkumpul dalam bak sampah akan  diangkut oleh petugas sampah 2 hari sekali ke TPS dan diangkutnya pada pagi hari. Dalam 2 hari tersebut sampah mulai menumpuk dan menghasilkan bau. Oleh sebab itu, sebaiknya pengambilan sampah pada perumahan dilakukan setiap hari.
   Beberapa waktu yang lalu, sebagian warga telah ada yang memisahkan antara sampah organik dan anorganik, namun karena kurang adanya dukungan antar warga sekitar dan pada akhirnya pengangkutan sampah tetap dicampur menjadi satu maka warga yang sudah mulai memilah sampah, kembali pada kebiasaan awal yaitu mencampur sampah organik dan anorganik.
   Diperumahan ini, sampah organik terkadang masih dibuang di sungai disamping perumahan mereka. Begitu pula TPS, Tempat Pembuangan sampah sementara masih belum ada di perumahan ini, sampah komunal dibuang disamping sungai di ujung perumahan sumber Alam. Timbulan sampah yang menggunung tidak hanya merusak keindahan perumahan tersebut melainkan juga mencemari lingkungan khususnya sungai yang terletak di perumahan ini.
   Berdasarkan survey yang telah dilakukan, timbulan sampah yang dihasilkan cenderung lebih banyak jenis sampah organik daripada sampah anorganik. Hal ini cukup baik mengingat sampah organik lebih mudah dan dapat lebih cepat terurai dengan tanah, hanya saja pada perumahan ini pengelolaan sampah masih sangat rendah. Sehingga sampah tidak dimanfaatkan maupun di kelola dengan baik.

3.6 Pengelolaaan Sampah     
Pengelolaan sampah yang dibutuhkan pada perumahan ini misalnya pada awalnya masyarakat perlu membedakan antara sampah organik dan anorganik. Selain itu tidak hanya pada masyarakat saja yang memilah, melainkan dari pengangkutan dari setiap rumah ke TPS dan akhirnya ke TPA hendaknya juga tetap terpisah antara sampah organik dan sampah anorganik. Pemilahan sampah yang kontinyu dapat memudahkan dalam pemilihan sampah baik skala rumah tangga maupun pengolahan sampah di TPA. Kemudian Pengelolaan sampah rumah tangga perlu berbasis masyarakat dengan prinsip 3R. penerapan kebijakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan prinsip 3R juga harus ditunjang penyediaan sarana dan prasarana. Prinsip 3R yaitu meliputi, reduce (kegiatan yang mengurangi sampah), reuse (kegiatan yang menggunakan kembali sampah yang dapat digunakan), recycle (kegiatan yang mengelola kembali (Mendaur Ulang) sampah untuk kemudian digunakan kembali)
Pengkomposan. Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Kegiatan pengkomposan dapat mengurangi sampah organik yang ada di perumahan Sumber Alam baik.hal ini dapat dilakukan pada setiap rumah maupun komunal. Kegiatan Pengkomposan pada skala rumah tangga dapat juga menggunakan takakura home method (metode pengolahan sampah skala rumah tangga). Setiap rumah dapat secara mandiri mengolah sampah yang dihasilkan setiap harinya dengan tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar.
Pemerintah dan masyarakat perlu memperhatikan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang ada diperumahan Sumber Alam. Perlu dibuatkan tempat khusus yang tidak mencemari lingkungan sekitar. Serta pemerintah diharapkan juga ikut membantu melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah.
           
3.7 Kendala-kendala dalam Pelaksanaan
Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan untuk mengukur berat dan volume sampah adalah sebagai berikut :
1.    Warga di perumahan Sumber Alam belum memilah sampah dengan benar, tidak dipisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Sehingga perlu dilakukan memisahan ulang terhadap timbulan sampah yang dihasilkan tiap rumah.
2.    Bau kurang sedap sedikit mengganggu kerja kami dalam pengukuran.
3.    Cuaca atau iklim tidak mendukung sehingga menyulitkan saat pemilahan sampah dan waktu survey yang tertunda.
4.    Kurangnya kesadaran warga untuk mengumpulkan sampah ke dalam plastik yang telah kami sediakan
5.    Rumah warga yang sering terkunci atau pemilik rumah lagi keluar membuat pengukuran sampah menjadi terhambat atau tertunda waktu.
6.    Kelalaian petugas pengambil sampah yang justru mengambil sampah yang mana seharusnya kami ukur.
7.    Jauhnya letak TPS dengan tempat survay kami dari perumahan Sumber Alam kurang lebih berjarak 100 meter.
8.    Kendala internal yaitu kurangnya persiapan awal terkait peralatan untuk perlindungan diri seperti alat masker, sapu tangan dll.


BAB IV
PENUTUP
1.1    Kesimpulan
            Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya adalah bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb. (SNI 19-2454-1991)
            Sumber sampah pada umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Permukiman (tempat tinggal atau rumah tangga)
2.      Tempat-tempat umum dan perdagangan
3.      Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
4.      Industri
5.      Pertanian
Berdasarkan sifatnya, pada umumnya sampah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1.      Sampah organik
2.      Sampah anorganik
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu.
Berikut beberapa faktor penyebab penumpukan sampah yaitu :
·           Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya
·           Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif.
·           Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
·           Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
·           Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarang tempat sebagai jalan pintas.
·           Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
·      Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat.
·      Manajemen sampah tidak efektif.
   Adapun metode pengambilan dan pengukuran timbulan dan komposisi sampah perumahan, yaitu dengan pengukuran volume sampah harian dan metode pengukuran Volume Sampah Periodik Harian
Pengukuran dan perhitungan contoh timbulan sampah dengan ketentuan  sebagai berikut:
1)   satuan yang digunakan dalam pengukuran timbulan sampah adalah:
-  volume basah (asal) : liter/unit/hari
-  berat basah (asal) : kilogram/unit/hari
2)   satuan yang digunakan dalam pengukuran komposisi sampah adalah dalam % berat   basah/asal
3)   jumlah jiwa dalam keluarga pada masing-masing lokasi pengambilan contoh timbulan sampah (u)
4)   metode pengukuran contoh timbulan sampah, yaitu: sampah terkumpul diukur volume dengan wadah pengukur 40 liter dan ditimbang beratnya, kemudian dipisahkan berdasarkan komponen komposisi sampah dan ditimbang beratnya.

1.2    Saran
1.    Sebaiknya warga dan pengangkut sampah di perumahan Sumber Alam memilah sampah dengan benar, dan dipisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik.
2.    Pemerintah dan masyarakat perlu memperhatikan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang ada diperumahan Sumber Alam dan perlu dibuatkan tempat khusus yang tidak mencemari lingkungan sekitar. Serta pemerintah diharapkan juga ikut membantu melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2006), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem. Pengelolaan Sampah Pemukiman.
Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit. Buku Kedokteran.
Dainur, 1995. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya. Medika.
Mukono, 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press, Surabaya.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. tentang Pengolahan Sampah Pemukiman. nomor : 21/PRT/M/2006. Jakarta
Sejati, Kuncoro. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Subpoint dan Center Point. Kanisius, Yogyakarta.
Suryati, Teti. 2009. Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan
[Serial online]
http://www.menlh.go.id/DATA/UU18-2008.pdf Diakses [tanggal 15 April 2013]

 
 
Posted by Unknown On 14.39 No comments

0 komentar:

Fakultas Kesehatan Mayarakat- UJ
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Linkedin
  • Youtube
    Jl. Kalimantan 1 No. 20
    Jember - Jawa Timur
    Indonesia
    Begitu banyak orang menghabiskan kesehatan mereka untuk mendapatkan kekayaan, dan kemudian harus menghabiskan kekayaan mereka untuk mendapatkan kembali kesehatan mereka. (A.J. Reb Materi)

    My Music

    Free Music Online
    Free Music Online

    free music at divine-music.info