Analisis Tentang Pengetahuan Gizi Mempengaruhi
Pola Konsumsi Ibu Dan Remaja.
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan dan gizi merupakan salah
satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan
kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu
berperan secara optimal dalam pembangunan dan hal ini terkait langsung dengan dengan
upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat..
Karena peranan ini sangat penting, sehingga pangan dan gizi dapat diibaratkan
sebagai kebutuhan dan modal dasar pembangunan serta menjadi indikator untuk
melihat keberhasilan pembangunan.
Peraturan yang mengatur tentang
Pola Pangan dan Gizi masyarakat antara lain UU
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) Tahun
2005-2025 dan diterjemahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2010-2014 menempatkan pembangunan pangan dan gizi menjadi
prioritas pembangunan nasional dan memerlukan upaya lintas bidang. Selanjutnya,
dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan yang terkait dengan Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) mengintruksikan kepada pusat dan seluruh provisni
untuk menyusun Rencana Aksi Pangan dan Gizi 2011-2015.
Dengan meningkatnya kualitas SDM, produktivitas sumber daya manusia akan terus meningkat sekaligus dapat meningkatkan daya saingnya sehingga akan memperbaiki status sosial ekonomi masyarakat. Penanganan masalah pangan dan gizi memerlukan upaya komprehensif dan terkoordinasi dari hulu sampai hilir. Dimulai dari proses produksi pangan, pengolahan, distribusi hingga konsumsi yang cukup nilai gizinya serta aman untuk dikonsumsi. Untuk itu, kerja sama lintas sektor terutama sektor pertanian, kesehatan, perdagangan, perindustrian, transportasi, pendidikan, agama, kependudukan dan perlindungan anak sangat penting. Selain itu, sinkronisasi dan integrasi kebijakan perbaikan pangan gizi juga diperlukan dalam bidang ekonomi, ketenagakerjaan, lingkungan hidup, penanggulangan kemiskinan dan pengawasan pangan.
Salah satu indikator kualitas
sumber daya manusia adalah keadaan gizi yang baik, dimana kebutuhan dasar dapat
tercukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu faktor
yang mempengaruhi status gizi adalah
pengetahuan pangan dan gizi, selain faktor kesediaan pangan, produksi pangan,
dan pengeluaran pangan. Sehingga diperlukan pendidikan gizi secara formal dan
non formal.
Pengetahuan gizi pada setiap
individu dinilai menjadi salah satu factor yang penting dalam konsumsi pangan
dan status gizi. Hal tersebut berhubungan dengan pemberian menu, pemilihan bahan
makanan, pemilihan menu, pengolahan pangan,
dan menentukan pola konsumsi pangan yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Sasaran pendidikan gizi, tidak hanya kaum
wanita yang meliputi ibu balita, wanita remaja dan wanita tua, melainkan juga
anak-anak sekolah. Seorang ibu yang pendidikan dan pengetahuan gizinya baik
akan sangat berperan dalam menyiapkan menu yang cukup mengandung energi dan
protein, serta zat gizi lainnya pada keluarganya. Pengetahuan anak dan remaja
juga berperan dalam pemilihan makanan dan kebiasaan makanan yang apabila buruk akan
berdampak pada status gizi mereka dan menghambat pertumbuhan mereka.
Dari uraian tersebut kami
mengambil judul “Pengetahuan gizi pada ibu, anak, dan remaja mempengaruhi pola
konsumsi pangan setiap individu”. Hal ini dikarenakan mengingat pentingnya factor
pengetahuan berpengaruh pada status gizi setiap individu dan dengan begitu
diharapkan dapat mengetahui seberapa pengaruh pengetahuan individu terhadap
status gizi di masyarakat.
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan
dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi
sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar
zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmojo,
2003: 98).
Menurut (Almatsir, 2002:4) Pengetahuan gizi adalah
sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
optimal. Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi
sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk
fungsi normal tubuh.
Macam-macam Pengetahuan dilihat dari Polanya Menurut
(Keraf, 2009), yaitu:
a. Tahu Bahwa
Pengetahuan bahwa adalah pengetahuan tentang informasi
tertentu, tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian
adanya, bahwa apa yang dikatakan memang benar. Jenis pengetahuan ini disebut
juga pengetahuan teoritis, pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang
tidak begitu mendalam. Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan
mengumpulkan informasi atau data tertentu. Maka, kekuatan pengetahuan ini
adalah informasi atau data yang dimilikinya. Seseorang yang mempunyai jenis
pengetahuan ini berarti ia memang mempunyai data atau informasi akurat melebihi
orang lain atau ketika orang lain tidak memiliki informasi seperti yang
dimilikinya.
b. Tahu Bagaimana
Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan
sesuatu. Ini yang dikenal sebagai knowhow. Pengetahuan ini berkaitan dengan
keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan
sesuatu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia
tahu bagaimana melakukan sesuatu. Dengan kata lain pengetahuan jenis ini
berkatan dengan praktik, maka disebut juga pengetahuan praktis.
c. Tahu Akan / Mengenai
Yang dimaksud dalan pengetahuan ini adalah sesuatu
yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui
pengalaman atau pengenalan pribadi. Unsur yang paling penting dalam pengetahuan
jenis ini adalah pengenalan dan pengalaman pribadi secara langsung dengan
obyeknya. Oleh karena itu sering juga disebut sebagai pengetahuan berdasarkan
pengalaman. Dalam bahasa Indonesia knowking disini lebih tepat diterjemahkan
sebagai kenal, yaitu tahu secara pribadi, dan dalam arti itu, dapat juga
disebut sebagai pengetahuan langsung yang bersifat personal.
d. Tahu Mengapa
Tahu mengapa berkaitan dengan penjelasan. Penjelasan
ini tidak hanya berhenti pada informasi yang ada sebagaimana pada ”tahu bahwa”,
melainkan menerobos masuk ke balik data atau informasi yang ada. Dengan
demikian ”Tahu mengapa” tidak hanya puas dan berhenti dengan informasi yang
ada. Si subyek justru melangkah lebih jauh untuk mengetahui mengapa sesuatu
terjadi sebagaimana adanya. Pengetahuan model terakhir ini merupakan
pengetahuan paling tinggi dan mendalam dan sekaligus juga merupakan pengetahuan
ilmiah. Pada dasarnya, manusia, apalagi ilmuan, tidak hanya berhenti pada
”pengetahuan bahwa”, melainkan akan melangkah lebih jauh ke ”pengetahuan
mengapa” karena manusia selalu digerakkan oleh kecenderungan dasar dalam
dirinya yang selalu ingin mengetahui lebih dan lebih lagi.
Secara
umum, di negara berkembang, ibu memainkan peranan penting dalam memilih dan
mempersiapkan pangan untuk dikonsumsi anggota keluarganya. Walaupun seringkali
para ibu bekerja di luar, mereka tetap mempunyai andil besar dalam kegiatan
pemilihandan penyiapan makanan.
Saat kedua orang tua memegang peranan penting dalam pemilihan pangan untuk
anggota keluarganya, maka pengetahuan gizi keduanya akan mempengaruhi jenis
pangan dan dan mutu gizi makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.
2.2
Pengertian Gizi
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru
dikenal sekitar tahun 1952- 1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition.
Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Disatu sisi
ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain dengan tubuh manusia. Secara
klasik ilmu gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
menyediakan energy, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses-proses kehidupan dalam tubuh. (Almatsir, 2002:3) Gizi adalah suatu
proses dimana semua makluk hidup memanfaatkan makanan untuk keperluan
pemeliharaan fungsi organ tubuh, pertumbuhan reproduksi dan sebagai penghasilan
energi. Lebih luas gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta untuk
menghasilkan tenaga
2.3
Pola
Konsumsi Pangan
Pola konsumsi adalah berbagai
informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang
dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu
kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok
orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh
fisiologi, psikologis, kebudayaan dan sosial. Pada saat bayi baru lahir sampai
berusia 6 bulan Air Susu Ibu (ASI) saja sudah cukup. Walaupun Air Susu Ibu
(ASI) merupakan makanan terbaik, namun dengan bertambahnya umur, maka anak
memerlukan makanan yang jenisnya berbeda-beda, mereka membutuhkan makanan
lumat, lembik, sampai akhirnya makanan orang dewasa.
Menurut Alamatsier (2002), energi dibutuhkan oleh
tubuh untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan, dan melakukan
aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohirat, protein, dan lemak suatu
bahan makanan. Pangan pokok merupakan pangan yang menyumbangkan energi besar.
Sumber pangan pokok diperoleh melalui konsumsi nasi yaitu rata-rata 280
g/kap/hari dengan energi sebesar 498.76 kkal dan protein sebesar 5.88 g, sumber
besi terbesar dari biskuit/kue sebanyak 1.09 g dan nasi sebanyak 1.4 mg. Sumber
vitamin C terbesar dari kentang sebanyak 24.99 mg dan singkong sebanyak 18.75
mg. Sumber kalsium terbesar dari singkong sebanyak 41.25 mg dan biskuit/kue
sebanyak 25.05 mg. Sedangkan sumber kalsium terbesar dari roti sebanyak 85.22
mg dan kentang sebanyak 82.3 mg.
Konsumsi energi dan
zat gizi dipengaruhi oleh umur, berat badan, tinggi badan, pola dan kebiasaan
makan, serta pendapatan (Kartasapoetra & Marsetyo 2005). Menurut Alamatsier
(2002), energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan hidup, menunjang
pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohirat,
protein, dan lemak suatu bahan makanan.
Dengan melaksanakan konsumsi pangan
seseorang baik orang dewasa dan anak-anak dapat
memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, makanan dapat
dijadikan sebagai sumber energi untuk dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Setiapa individu memiliki konsumsi pangan yang berbeda-beda dalam kehidupannya.
Satu individu deng individu yang lain
belum tentu sam jenis maupun jumlah pangan yang di konsumsinya. Hal ini tentu
saja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya merupakan tingkat
pengetahuan dan pendidikan mengenai gizi.
2.4
Kebiasaan
makan
Kebiasaaan makan adalah suatu perilaku yang
berhubungan dengan makan dan makanan seperti pengolahan makanan, makanan
kesukaan, makanan pantangan, frekuensi makan.
2.5
Teori
Beberapa teori mengenai terbentuknya kebiasaan makan pada anak, ibu dan remaja.
Teori yang
berhubungan dengan kebiasaan anak yaitu dikemukakan oleh
Lund & Burk dalam analysis of
children’s of food consumption behavior model, atau Model Lund & Burk
(Sianjur, 1982). Dalam model tersebut kebiasaan makan pada anak dimulai dari
dorongan dasar (motivasi) yang ditentukan oleh beragam proses kognitif,
kemudian dinyatakan dalam bentuk tindakan makan.
Sianjur (1982) juga menjelaskan tentang
tiga tipe kebutuhan yang berkaitan dengan dorongan dasar (motivasi), yaitu :
1. Kebutuhan Biogenik,
meliputi karakteristik fisiologis anak yang menentukan kecukupan gizinya, yaitu
variabel jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status kesehatan dan ada tidaknya
gangguan metabolism.
2. Kebutuhan psikogenik,
meliputi semua variabel yang berkaitan dengan kebutuhan afeksi, kebutuhan ego-bolstering,
dan ego-defensive anak. Kebutuhan
psikogenik terhadap makanan ini dinyatakan oleh variabel-variabel seperti
pengawasan orang tua pada saat makan. Tingkatan dan frekuensi dorongan/penghargaan
(supportive) dan punitive berkaitan dengan pujian (reward) dan hukuman (punishment).
3. Kebutuhan sosiogenik, meliputi
variabel-variabel yang merefleksikan hubungan anak dalam situasi social
keluarga, antara lain frekuensi seluruh anggota keluarga makan bersama, dan
perbincangan yang dilakukan.
Model multi- dimensional yang dikemukakan oleh Sanjur
dan Scoma (1977)
BAB 3.
PEMBAHASAN
3.1 Pengetahuan Individu
Pengetahuan merupakan kesan dalam
pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera. Pengetahuan diperoleh
seseorang melalui pendidikan formal, informal dan non formal.
Pengetahuan gizi mempunyai
peranan penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan
mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Seseorang yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan
keadaan gizi setiap makanan yang akan dikonsumsinya. Makanan yang bergizi
bukanlah suatu makanan yang mahal dan enak rasanya. Akan tetapi, makanan yang
bergizi tersebut adalah makanan yang mampu memenuhi gizi yang dibutuhkan. Dengan tujuan agar makanan
tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh atau
sering disebut dengan gizi seimbang.
Pemilihan dan konsumsi bahan
makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan
satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila
tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan
efek yang membahayakan.
Menurut Harper et al.
(1985), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan:
a. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan
dan kesejahteraan
b. Setiap orang
hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.
c. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga
penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.
Pengetahuan gizi menjadi andalan
yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik
akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan
maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan. Tingkat
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi
individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang
diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya.
3.2
Karakteristik individu dan
karakteristik sosial ekonomi
Pengetahuan gizi juga dipengaruhi oleh karakteristik individu dan
karakteristik sosial ekonomi . Salah
satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan gizi yang diperoleh adalah faktor pendidikan. Ibu yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi.
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku hidup sehat.
perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup, khususnya dalam hal
kesehatan dan gizi (Atmarita dan Fallah 2004). Tingkat pendidikan seseorang
juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang
bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan
yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga
mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang
berbeda akan menyebabkan selera konsumen juga berbeda. Memahami usia konsumen
juga penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan
jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap merek.
Pendapatan yang
diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh
seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan yang diterima oleh semua
anggota keluarga di mana konsumen berada. Daya beli sebuah rumah tangga bukan
hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang, tetapi dari seluruh anggota
rumah tangga yang bekerja.
3.3 Pola
Konsumsi Pangan
Pola
konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan dikonsumsi seseorang
atau kelompok orang pada waktu tertentu (Mudanijah, 2006). Pola konsumsi pangan
merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang
dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok
masyarakat tertentu (Aritonang, 2004).
Pola
makan dilihat dari ragam dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi.
a. Ragam
Bahan makanan yang dikonsumsi oleh siswa sangat
beragam, membiasakan makan makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama
dari gizi seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia dimana saja
membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tak ada satupun
makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Makin beragam
pola hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat. Bahan makanan yang dikonsumsi dikelompokkan
kedalam bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan dan
lain-lain.
b. Frekuensi
Pola makan seseorang individu ditinjau dari frekuensi
makan dirumah yaitu apabila frekuensi makan individu dirumah itu baik mislnya 3
kali makan utama dengan 1-2 kali makn selingan maka konsumsi makanan jajanannya
akan berkurang karena sudah kenyang terlebih dahulu sehingga nafsu memakan makanan
jajanan berkurang. Dalam mengkonsumsi makanan, aspek yang
diperhatikan tidak hanya masalah kuantitas tetapi juga aspek kualitas pangan.
3.4 Hubungan
Pengetahuan gizi dan Pola Konsumsi Pangan pada remaja
Pengetahuan memiliki hubungan yang erat
dengan baik buruknya kualitas gizi dari pangan yang dikonsumsi. Dengan
pengetahuan yang benar mengenai gizi, maka orang akan tahu dan berupaya untuk
mengatur pola konsumsi pangannya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak
kekurangan, dan tidak kelebihan
Pengetahuan gizi pada usia remaja
itu penting. Tingkat pengetahuan gizi yang baik
akan menghasilkan pola konsumsi yang baik pula, remaja dapat mengatur pola makan yang bergizi
dan seimbang. Pentingnya pengetahuan gizi pada usia ini, mengingat pada usia
ini anak sekolah terutama pada masa
remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
mental serta peka terhadap rangsangan dari luar. Konsumsi makanan merupakan
salah satu faktor penting yang turut menentukan potensi pertumbuhan dan
perkembangan remaja.
Remaja biasanya menyukai makanan
yang beraneka Ragam dan variasi, baik
jenis maupun rasa, makanan. Remaja sebaiknya tahu atau memahami makanan yang
dikonsumsi. Banyak remaja menyenangi makanan berkalori tinggi yang kurang
mengandung vitamin dan mineral, sehingga membuat badan lebih gemuk. Remaja
sulit mengubah kebiasaan makannya, kecuali melihat ada keuntungannya. Mereka harus
melihat hubungan antara kondisi yang diinginkan dengan makanan yang harus
dimakan, sebelum mengambil keputusan.
Dalam
hal ini ibu ataupun remaja itu sendiri dapat membuat daftar menu
seimbang. Menu ini adalah rangkaian dari beberapa macam hidangan untuk tiap kali makan yang dapat menyehatka
tubuh orang yang memakannya dengan menggunakan
semua golongan bahan makanan dan penggantinya dengan memperhatikan keseimbangan zat-zat gizi yang terkandung
didalamnya. Dalam menu seimbang
selalu memperhatikan kecukupan gizi, pemilihan bahan pangan, pengolahan pangan.
dengan menu tersebut setidaknya dapat mengatasi pola makan pada remaja yang salah.
dengan menu tersebut setidaknya dapat mengatasi pola makan pada remaja yang salah.
3.5 Hubungan
Pengetahuan gizi dan kebiasaan makan pada remaja
kebiasaan makan merupakan istilah
untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan
makan seperti tata krama makan, frekuensi makan, pola makanan yang dimakan,
kepercayaan tentang makan, distribusi makan antar anggota keluarga. Kebiasaan
makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola
makanan atau susunan hidangan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam
anggota keluarga.
Kebiasaan makan anak remaja
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain teman sebaya, keadaan emosional,
pelaksanaan diet, penurunan berat badan, lingkungan termasuk snack dan fast
food, dan pengetahuan gizi remaja. Kebiasaan makan remaja sangat khas dan
berbeda jika dibandingkan dengan usia lainnya, kebiasaan makan mereka seperti
1.
Tidak makan, terutama
makan pagi atau sarapan
2.
Kegemaran makan snack
dan kembang gula,
3.
Mereka cenderung
memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan ada makanan yang tidak
disukai.
Kebiasaan makan adalah suatu
tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhannya akan
makan, sikap kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan
yang telah ditanamkan sejak anak-anak berpengaruh juga pada saat remaja. Masa remaja merupakan masa yang labil
kadang-kadang lebih mementingkan teman
daripada keluarga. Teman akan mempengaruhi kebiasaan
makan.
Pengetahuan gizi yang tidak
memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta
pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan
menimbulkan masalah kecerdasan dan produktifitas. Peningkatan pengetahuan gizi
bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah.
Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap,
dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya
3.6 Hubungan
Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Remaja
Tingkat pengetahuan gizi
seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan.
Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan
gizinya (Irawati et al. 1992). Namun berdasarkan uji korelasi pearson
tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan status gizi.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi yang baik belum tentu
diikuti dengan pola makan dan konsumsi pangan yang baik.
Apriadji (1986) mengemukakan bahwa faktor-faktor
berperan dalam menentukan status gizi seseorang pada dasarnya terdiri dari 2
bagian yaitu factor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu
faktor yang berpengaruh di luar seseorang (konsumsi makanan, tingkat
pendidikan, pengetahuan gizi, latar belakang sosial budaya, serta kebersihan
lingkungan). Faktor internal yang
dimaksud adalah faktor yang menjadi dasar pemenuhan
tingkat kebutuhan gizi seseorang (status kesehatan, usia, dan jenis kelamin).
3.7 Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pola
Makan dan status gizi Keluarga
Pengetahuan,
sikap, dan perilaku tentang gizi dan kesehatan merupakan faktor yang menentukan
dalam penyediaan pangan dalam keluarga. Ibu-ibu yang berpengetahuan gizi baik
akan mengupayakan kemampuan menerapkan pengetahuannya di dalam pemilihan dan
pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan lebih
terjamin (Khumaidi 1989). Semakin
bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan
jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluargannya sehingga dapat
mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga.
Menurut
Suharjo (1988) salah satu penyebab dari gangguan gizi adalah kurangnya
pengetahuan ibu tentang gizi atau kemampuan untuk menerepkan informasi yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
BAB 4. PENUTUP
Saran
Konsumsi zat gizi remaja masih perlu ditingkatkan mengingat pada usia ini Untuk itu perlu
diupayakan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan remaja tentang pentingnya
makanan bergizi dan berimbang, mengingat pada usia ini anak sekolah terutama pada masa remaja
tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental serta
peka terhadap rangsangan dari luar. Pada remaja hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan variasi konsumsi setiap harinya.Keberagaman konsumsi pangan harus senantiasa
diterapkan agar kebutuhan gizi setiap orang dapat terkecukupi baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Pengetahuan gizi pada setiap individu hendaknya lebih
ditingkatkan melalui pendidikan baik pendidikan formal, informal dan non
formal.
Daftar Pustaka
http://www.bappenas.go.id/node/165/3696/pangan-dan-gizi-agenda-penting-dalam-pembangunan-nasional/
1 komentar:
Casinos in Connecticut - JT Hub
› casino-info 경산 출장안마 › mo 충주 출장마사지 › casino-info › mo Connecticut Casinos 화성 출장마사지 in Connecticut. Get great deals 제주 출장마사지 on casinos in Connecticut, including Mohegan Sun, Foxwoods Resort 춘천 출장안마 Casino and more.
Posting Komentar